Halaman

5. Bentuk - Bentuk Tes


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitati atau kuantitati sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.
Fungsi Evaluasi Pendidikan. Sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk : 1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan. 2. Menilai hasil yang dicapai para pelajar. 3.  Menilai kurikulum. 4. Memberi kepercayaan kepada sekolah. 5. Memonitor dana yang telah diberikan. 6. Memperbaiki materi dan program pendidikan. Hasil evaluasi yang didapat sampai sekarang tentang dunia pendidikan Nasional kita cukup memperihatinkan, tidak hanya dalam segi kualitas tapi juga kegagalan dalam membentuk karakter building generasi muda bangsa. Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, dimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang berkualitas. Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih jauh dari harapan.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Selanjutnya, ada juga para ahli evaluasi pendidikan, seperti Sudijono, menyebutkan bahwa evaluasi adalah (1) proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan, (2) usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan (Sudijono, 2006:2). Hampir sama dengan Sudijono, Dimyati dan Mujiono menyebutkan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan (2006:192).  Selain istilah evaluasi, terdapat juga istilah penilaian, pengukuran, dan tes. Sebenarnya, apakah ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama? Jawabannya tentu saja tidak.
Penilaian pendidikan bukanlah semata-mata penilaian hasil belajar, tetapi mencangkup aspek yang lebih luas yaitu input/komponen, proses, produk dan program pendidikan. Untuk dapat menilai aspek-aspek tersebut dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka instrumen-instrumen penilaian pendidikan yang digunakan harus terkait dengan aspek yang dinilai dan tujuan pada masing-masing aspek tersebut. Secara garis besar instrumen evaluasi dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu  tes dan non tes. Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes, terletak pada jawaban yang diberikan. Dalam suatu tes hanya ada kemungkinan benar atau salah, sedangkan untuk non tes tidak ada jawaban benar atau salah, semuanya tergantung kepada keadaan seseorang. Selanjutnya akan diuraikan lebih rinci mengenai tes sebagai sebagai alat evaluasi hasil belajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja bentuk-bentuk tes untuk melaksanakan Evaluasi Pembelajaran
2.      Bagaimana ciri-ciri tes yang baik untuk Evaluasi Pembelajaran
3.      Apa saja langkah-langkah pengembangan suatu bentuk tes evaluasi
4.      Bagaimana cara menganalisis suatu bentuk tes

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk te untuk melaksanakan evaluasi
2.      Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri tes yang baik
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan suatu bentuk tes evaluasi
4.      Untuk mengetahui cara menganalisis suatu tes




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang strait(sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

B.     Jenis-jenis Tes
1.      Dari segi bentuk pelaksanaannya
a.       Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b.      Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid.
c.       Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
2.      Dari segi bentuk soal dan kemungkinannya
a.      Tes Essai (Uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
Jenis tes ini (disebut juga tes uraian) menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Tes uraian (essay tes), yang sering juga dikenal dengan istilah tes subyektif, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini.
a.       Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b.      Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
c.       Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.
d.      Keempat, pada umumnya butir-butir soal tersebut diawali dengan katakata: jelaskan, mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. (Anas Sudijono, 2008: 100)
Beberapa keunggulan dan kelemahan dari tes bentuk esai
·         Keunggulan

a.       Memungkinkan siswa menjawab pertanyaan tes secara bebas
b.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannyabdalam hal menulis, mengutarakan ide-ide atau jalan pikirannya secara terorganisir, berpikir kreatif dan kritis
c.       Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa mengemukakan pandangan dalam bentuk tulisan
d.      Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa menjelaskan, membandingkan, merangkumkan, membedakan, menggambarkan dan mengevaluasi suatu topik atau pokok bahasan.
e.       Relatif lebih mudah menyusun pertanyaannya dibandingkan dengan tes bentuk obyektif
f.       Sangat memperkecil kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar
g.      Dapat menggalakkan siswa untuk mempelajari secara luas konsepkonsep dan generalisasi yang berkaitan dengan topic pembahasan/pengajaran

·         Kelemahan
a.       Sukar diskor secara benar-benar obyektif, walaupun itu tes yang dikualifikasi sebagai tes uraian obyektif sekalipun
b.      Membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan
c.       Jumlah pokok bahasan/subpokok bahasan yang dapat diambil sebagai sumber pertanyaaan sangat terbatas
d.      Membutuhkan waktu yang jauh lebih lama bagi guru untuk membaca dan menilai semua jawaban siswa
e.       Sering terbuka untuk hallo effect yang berupa kecenderungan untuk memberi nilai tinggi bagi siswa yang dianggap/dinilai mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sekelasnya. (Suke Silverius, 1991:63-65)
Tes hasil belajar bentuk esai sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat digunakan apabila pembuat soal disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.selain itu tes esai juga lebih tepat dipergunakan apabila jumlah siswa terbatas.
b.      Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
1.      Tes Betul-Salah (TrueFalse)
2.      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Dalam Journal of Educational Enquiry disebutkan Multiple-choice questions are an efficient means of knowledge assessment (particularly in well defined subjects that do not change with time. They are a widely used assessment ). Artinya yakni beberapa pertanyaan pilihan merupakan sarana yang efisien dalam penilaian (Khususnya untuk mata pelajaran yang tidak berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda banyak digunakan dalam metodologi penilaian. Dan dalam jurnal internasional yang lain disebutkanA conventional multiple-choice test is one of the most widely used assessment methods. When faced with a question in a conventional multiplechoice test, a candidate must evaluate each option and choose the most (Annie W.Y. Ng dan Alan H.S. Chan, 2009: 1). Artinya yakni tes pilihan ganda konvensional adalah salah satu bentuk tes yang paling banyak digunakan metode penilaian. Ketika seorang siswa diberi pertanyaan dalam bentuk tes pilihan ganda konvensional, seorang siswa harus mengevaluasi setiap pilihan dan memilih salah satu yang paling sesuai.

Kelebihan bentuk tes Pilihan Ganda
1.      Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif
2.      Memperkecil kemungkinan menebak benar kunci jawaban
3.      Dapat dibuat menjadi banyak ragam/variasi bentuk, yakni:
a.       Variasi jawaban yang benar
b.      Variasi jawaban yang paling banyak
c.       Variasi banyak jawaban
d.      Variasi pernyataan tidak lengkap
e.       Variasi negatif
f.       Variasi pengganti
g.      Variasi alternatif yang tidak lengkap
h.      Variasi jawaban terpadu.
4.      Jawabannya tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar, atau dapat pula mengandung jawaban yang semuanya benar
5.      Dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas
6.      Dapat diskor dengan sangat obyektif
7.      Dapat diskor dengan mudah dan cepat
8.      Ruang lingkup bahan yang ditanyakan sangat luas. (Suke Silverius, 1991:67-68)

Betapapun unggulnya bentuk pilihan ganda dibandingkan bentuk-bentuk tes yang lain, bentuk tes pilihan ganda tidak luput dari kelemahan. Adapun kelemahanan dari bentuk tes ini yaitu:

1)      Pokok soal tidak cepat cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
2)      Kadang-kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang benar, atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
3)      Sampai suatu tingkat tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
4)      Sulit membuat pengecoh (distraktor) yang berfungsi, yakni yang mempunyai peluang besar untuk dipilih siswa
5)      Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya
6)      Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal. (Suke Silverius, 1991:68-69)
Dalam evaluasi hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda lebih banyak dipakai dibandingkan bentuk tes yang lain karena bentuk tes pilihan ganda bebas dari kelemahan bentuk-bentuk tes yang lain.
3.      Tes Menjodohkan (Matching)
4.      Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis).

3.            Dari Segi fungsi tes di Sekolah
a.       Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
1.      Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
2.      Merupakan penguatan bagi peserta didik.
3.      Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
4.      Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

b.      Tes Sumatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
c.       Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.

d.      Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
C.    Ciri-ciri Tes Yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:
1.      Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes  itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat
2.      Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
3.      Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.

Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.
D.    Langkah-langkah Pengembangan Tes
Dalam mengembangkan suatu Tes, Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1.    Pengembangan Spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)            Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
b)            Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
c)            Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
d)           Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
e)            Merencanakan banyak soal
f)             Merencanakan jadwal penerbitan soal


2.    Penulisan Soal
3.    Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4.    Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
5.    Penganilasaan hasil uji coba
6.    Pengadministrian soal

E.     Menganalisis Tes
Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika memenuhi syarat  validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.

1.    Validitas tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil belajar yang di ukur
Macam-macam Validitas
1). Validitas isi (content validity)
   Penelaahan butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu:
      1. Aspek materi
      2. Aspek bahasa
      3. Aspek konstruksi

2). Validitas Ramalan (Predictive Validity)
            Suatu tes dikatakan memiliki validitas ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes itu dapat digunakan untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat. Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil belajar yang sedang diuji dengan kriterium yang ada.
                      3). Validitas bandingan (concurent validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan hasil pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes dari soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar. Jika terdapat korelasi yang positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes yang dibuat mempunyai validitas concurrent.
                      4). Construct Validity (Validitas konstruk)
Validitas konstruk artinya butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan validitas ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek berpikir yang dikehendaki diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui penelaahan butir-butir soal.
          Meski terdapat beberapa jenis validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh, tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas.

·         Cara menentukan Validitas Instrumen
Validitas instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrument dengan dengan kriterium atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan adalah data interval maka dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi, sebagai berikut :
              v Rumus angka kasar
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara instrument X dan instrument Y

v  Rumus untuk skor deviasi

Kriteria- kriteria hasil validitas :
Antara  sangat tinggi
Antara  tinggi
Antara  cukup
Antara  rendah
Antara  sangat rendah           
  (Yusuf, 2005:75).
·         Cara menentukan Validitas tiap butir soal
Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan dengan validitas tiap butir soal. Validitas butir soal dapat dicari dalam hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :
1.      Skor suatu instrument dengan baik dan teliti. Untuk individu yang benar diberi angka 1, sedangkan yang salah diberi angka nol.
2.      Jumlahkan skor total untuk tiap individu.
3.      Gunakan rumus product moment correlation atau korelasi biserial.

2.      Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek  yang sama secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil atau relatif sama.
·           Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas
1.      Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat.
2.      Panjang/pendeknya suatu instrumen
3.      Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas
4.      Ketidaktepatan waktu yang diberikan
5.      Kemampuan yang ada dalam kelompok
6.      Luas/tidaknya sampel yang diambil.

·         Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar
a.         Bentuk objektiv
1)      Metode Belah dua
Dalam pelaksanaanya,seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Koefisien reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada butir soal dalam keseluruhan instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan ganjil, awal dan akhir. Untuk menentukan reliabilitas kedua bagian instrumen tersebut dapat digunakan Product Moment Coorelation, sedangkan untuk mencari reliabilitas keseluruhan instrumen dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :
Keterangan :
                                   n  : koefisien reliabilitas
           r : korelasi antara bagian instrumen



2)      Metode Ulangan
Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana stabilnya skor setiap individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu  yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan. Rumus yang digunakan untuk menentukan metode ulangan ini adalah Product Moment Correlation.
3)      Metode bentuk Paralel
Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan ekivalensi dalam kesukaran butir dan isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal yang sama, dengan memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang sama dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut, tetapi dalam bentuk pertanyaan yang berbeda. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen dalam bentuk paralel ini adalah product moment correlation dan Rank order correlation.
b.      Bentuk essay
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes berbentuk uraian dinamakan rumus Alpha, yaitu :

Dimana:
rxy    : Koefisien reliabilitas tes
 X     : banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
n       : Jumlah variansi skor dari tiap-tiap butir item                                                        Y      : Variansitotal

Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokansebagai berikut:
0,80  < r11 £ 1,00                     reliabilitas sangat tinggi
0,60  < r11 £ 0,80                     reliabilitas tinggi
0,40  < r11 £ 0,60                     reliabilitas sedang
0,20  < r11 £ 0,40                     reliabilitas rendah
0,00  < r11 £ 0,20                     reliabilitas sangat rendah
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes reliabel.

3.      Analisis Soal Tes
Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1)            Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indek diskriminan. Untuk menentukan daya pembeda soal dapat dilakukan seperti yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:11):
Terlebih dahulu dicari degress of freedom (df) dengan rumus:
df = (nt – 1) + (nr – 1)
dimana:
nt = nr = 27% x N
kemudian digunakan rumus:
dimana:
Ip = daya pembeda soal
Mt = rata-rata skor dari kelompok tinggi
Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah
= jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
= jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
n          = 27% x N
N         = banyak pengikut tes
Soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika Ip hitung ³ Ip tabel pada derajat kebebasan yang sudah ditentukan.

2)  Indek kesukaran.
Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya yaitu apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menentukan indek kesukaran digunakan rumus yang dikemukakan Prawironegoro (1985:14) yaitu:
dimana:
Ik = indeks kesukaran
Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi
Dr = jumlah skor dari kelompok rendah
m   = skor setiap soal jika benar
n    = 27% x N
N   = banyak pengikut tes
Soal dinyatakan sukar, jika           0%  £ Ik < 27%
sedang, jika        27% £ Ik £ 73%
mudah, jika                                Ik > 73%

3)      Penerimaan soal
Setiap soal yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai, direvisi atau dibuang. Menurut Prawironegoro (1985:16) tentang klasifikasi soal:
Soal yang baik akan tetap dipakai jika Ip signifikan dan  0% < Ik £ 100%.
Soal diperbaiki jika:
Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.
Ip tidak signifikan dan 0% < Ik < 100%.
Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jenis-jenis tes dibedakan berdasarkan bentuk :
1.      Pelaksanaannya
2.      Soal dan kemungkinan jawabannya
3.      Segi fungsi tes di sekolah
Ciri-ciri tes yang baik meliputi :
1.        Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi.
2.        Bersifat reliabel, atau memiliki reliabilitas yang baik.
3.        Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan.
Langkah-langkah pengembangan tes
1.      Pengembangan Spesifikasi tes
2.      Penulisan soal
3.      Penelaahan soal
4.      Pengujian butir-butir soal secara empiris
5.      Penganalisaan hasil uji coba
6.      Pengadministrasian soal
Menganalisa hasil tes
Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika memenuhi syarat  validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.
Saran






















0 Nasihat Jon:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Marbot Kadu Sikat WC | Kamar Mandi Wangi - KAMMI KOM.UNTIRTA | Pokoknya Nyaman