TUJUAN
INTUKSIONAL
1.
Bermacam
– Macam Tujuan Pendidikan
Setiap negara tentu mempunyai cita-cita
tentang warga negaranya akan diarahkan. Cita-cita tersebut dimenifesikan dalam
bentuk tujuan pendidikannya. Sebagai contoh, negara sparta ingin mengarahkan
warga negaranya menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya makan tujuan
pendidikan telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut.
Cita-cita
bangsa indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga
negaranya. Tujuan pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut.
Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan
disekolahnya bagi pencapaian tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pensdidikan yang secara
eksplisit tertera didalam garis-garis besar haluan negara.
Semua
aparatur pemerinah termamsuk petugas-petugas pendidikan, harus terlebih dahulu
memaham makna dari rumusan tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis
pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga tersebut. Inilah yang disebut
sebagai tujuan intruksional. Tujuan sudah khusus diperuntukkan bagi tujuan
penyelenggara sekolah/institusi ini. Semua tujuan pendirian sekolah harus
berkiblat kepada tujuan umum atau tujuan pendidikan nasional yang telah
disebut.
Dengan
demikian maka tujuan pendidkn nasional memiliki fungsi sebagai frame of reference untuk selanjutnya
dijabarkan menjadi tujuan intruksional. Sebagai pendalaman berikut ini adlah
kutipan rumusan tujuan umum tersebut:
“Pengembangan
dibidang pendidikan didsarkan atas falsafah negera pencasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-pancasila dan untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsanya mencintai sexama manusia sesuai dengan ketentuan termaktub
dalam UUD 1945.”
Kegiatan-kegiatan yang muncul dalam pola
kesamaan pendidikan, didsarkan pada rumusan tujuan pendidikan nasional ini.
Sedangkan materinya perlu diisi dari hasil studi empiris tentang
harapan-harapan masyarakat mengenai kemampuan pengetahuan dan sikap yang harus
dimiliki oleh para lulusan.
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari
penjabaran tujuan umum menjadi tujua institusional, adalah perumusan lain telah
disiapkan oleh para ahli bidang studi, sebagai penanggung jawab program
kurikuler.
Untuk dapat memenuhi harapan dicapainya
peguasaan terhadap program kurikuler ini, dirumuskanlah suaru tujuan yang
disebut tujuan kurikuler. Tujuan
kurikuler adlah tujuan yang dirumuskan untuk masing-masing bidang studi.
Sebegitu jauh pembicara tentang tujuan ini, apabila digambarkan dalam bentuk
skema akan terlihat seperti berikut ini.
TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur.
TI=
Tujuan Institional
TKur.=
Tujuan kurikurer
Dari
skema tersebut akan mudah dipahami bahwa:
a. Tujuan
institional adalah tujuan dari masing-mamsing institusi atau lembaga. Misalnya:
1) Tujuan
Sekolah Dasar,
2) Tujuan
Sekolah Menengah Pertama
3) Tujuan
Sekolah Pendidikan Guru, dan sebagainya yang masing-masing sudah direncanakan
sesuai dengan lulusannya.
b. Tujusn
Kurikurer adalah tujuan dari masing-masing bidang studi. Misalnya:
1) Tujuan
Pelajaran Pendidikan Agama,
2) Tujuan
peajaran Matematika,
3) Tujuan
pelajaran Ilmu Pengetahui Sosial,
dan sebagainya, yang akan berbeda dari
satu bidang dari satu bidang studi kebidang studi lain, dan juga dari tingkat
institusi yang satu ke tingkat institusi yang lain. Akan tetapi, antara tujuan
kurikurer sesuatu institusi ada hubungan dengan tujuan kurikuler institusi yang
lain.
c. Tiap-tiap
tujuan, baik institusional maupun tujuan kurikurer selalu merupakan sumbangan
bagi tercapainya tujuan umum, yakni tujuan pendidikan nasional.
2.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL (Instructional Objectives)
Materi sesuatu bidang studi tidak mungkin
menjadi milik kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri
maupun diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi
dalam saat terjadinya situasi belajar-mengajar atau instruksional inilah maka
timbul istilah tujuan instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan
pengetahua, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
(behavior) yang dapat diamati dan
diukur.
Ada
2 (dua) macam tujuan instruksional, yaitu:
a.
Tujuan Instruksional Umum (TIU),
b.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Didalam
merumuskan tujuan intruksional hartis diusahakan agar tampak bahwa setelah
tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi
kemampuan, intelektual, sikap/minat maupun keterampilan yang oleh Bloom dan
kawan-kawannya dikenal sebagai aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor seperti telah diterangkan terdahulu.
Apakah
tujuan intruksional itu memang perlu?
Bekerja tanpa
diketahui arahnya sama halnya dengan berlayar tanpa diketahui mau ke pulau mana
kapal akan dilarikan. Kapal itu akan berputar-putar saja di tengah lautan luas,
kadang-kadang menghadap ke barat, kadang-kadang menghadap ke timur dan sebagainya dan akhirnya tidak
diketahui apa hasil yang telah dilakukan. Demikian pula halnya dengan mengajar.
Guru yang tidak mengetahui apa tujuan mengajarnya, tidak akan jelas setiap
kegiatan yang dilakukan.
Demikian ada
kecenderungan bagi guru untuk menentukan tujuan pelajarannya pada masalah
penyelesaian bahan. Dalam satu jam mengajar guru telah menargetkan berapa bab
atau berapa bagian bahan akan diselesaikan dalam jam
pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan terpaku pada bahan, dan
apabila dilihat waktunya hampir habis, ia menerangkan dengan cepat agar target
yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan apakah siswanya dapat
memahami pelajarannya atau tidak.
Dalam pembaruan
sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut
untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan
siswa. Oleh karena pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksinonal.
Dengan tujuan instruksional:
a.
Guru
mempunyai arah untuk:
1)
Memilih
bahan pelajaran,
2)
Memilih
prosedur (metode) mengajar,
b.
Siswa
mengetahui arah belajarnya
c.
Setiap
guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu materi
sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap)
anatara guru.
d.
Guru
mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e.
Guru
sebagai pelaksanaan daan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria
untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
3.
Merumuskan Tujuan Intruksional
Telah disebutkan
bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu yang
dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran. Jadi sebelum
adanya pengajaran, siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan ataupun
melakukannya.
Contoh:
Sebelum ada
pengajaran, siswa belum dapat membuat tabel spesifikasi, sesudah pengajaran
diberikan siswa dapat membuat tabel spesifikasi.
Jadi dalam diri
siswa terjadi perubahan tingkah laku selama mengikuti program pengajaran, atau
dengan lain perkataan, perubahan tingkah laku itu merupakan hasil dari adanya
proses belajar mengajar. Oleh karena baik guru maupun siswa perlu menggetahui
perubahan apakah yang telah terjadi pada waktu pengajaran, maka perku adanya
perumusan yang jelas bagi tujuan instruksional itu.
Pada oelaksanaan
sistem-sistem baru misalnya sistem pengajaran dengan modul atau sistem yang mengguanakan strategi
belajar tuntas, tujuan instruksional ini sudah diketahui oleh siswa sebelum
pelajaran mulai.
Sebagaimana
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sttandar
Pendidikan Nasional, kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
ketentuan yang tertera dalam KTSP tersebut, tujuan pendidikan tidak lagi
menggunakan istilah-istilah lama seperti Tujuan Kurikuler (TK), Tujuan
Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) lagi, tetapi
menggunakan istilah Standar Kompetensi, disingkat SK, Kompetensi Dasar,
disiingkat KD, dan untuk istilah tujuan yang ingin dicapai oleh guru menjadi milik siswa dikenal dengan nama
‘indikator’. Istilah ‘indikator’berasal dari bahasa Inggris to indicate, berarti menunjukkan. Dalam
hal ini indikator menunjukkan sesuatu sebagai bukti bahwa yang ingin dicapai
sudah dapat betul-betul dicapai. Proses dan langkah sebetulnya sama saja dengan
yang lama, tetapi hanya istilahnya saja yang berbeda. Berikut ini disampaikan
langkah-langkah untuk menentukan tujuan khusus dan dalam KTSP disebut
indikator. Yang juga digunakan dala istilah tujuan pembelajaran.
4. Langkah-langkah yang Dilakukkan dalam Merumuskan
Tujuuan
Instruksinonal Khusus
Instruksinonal Khusus
a.
Memuat
sejumlah TIU (Tujuan Instruksinoal Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarakan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU
sudah ada tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam
merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat
diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia
(intern).
b.
Dan
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat diamati, terukyr, dan menujukkan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh rumusan untuk TIU:
-
Memahami
teori evalusi.
-
Mengetahui
perbedaan anatara skor dan nilai.
-
Mengerti
cara mencari validita.
-
Menghayati
perlunya penilaian yang tepat.
-
Menyadari
pentingnya mengikuti kuliiah dengan teratur.
-
Menghargai
kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh-contoh ini digunakan
kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari,
menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum
sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Memahami teori
evaluasi, apakah seseorang yang hanya dapat menuliskan rumus mmencari
relliabilitas sudah dapat dikatakan memahmi teori evalusi?
Menghargai kejujuran mahasiswa dalam
mengerjakan tes.
Bagaimanakah bukti-bukti kejujuran itu?
Lagi pula rumusan-rumusan kata kerja itu
sendiri merupakan kata-kata yang menunjukkan adanya perubahan tingkahlaku dalam
diri manusia sehingga tidak dapat dilihat.
Contoh:
Mahasiswa
mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu bahwa ia
mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkandia tampak mengangguk-anggukkan
kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepala hanya merupakan suatu usaha
agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya
mengangguk mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas dasar semua
keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini
perlu diperinci lagii sehingga menjadi
jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
Rumusan TIK yang lengkap memuat 3
(tiga) komponen,yaitu :
1)
Tingkah laku akhir ( terminal behavior).
2)
Kondisi demonstrasi ( condition of demonstration or test).
3)
Standar keberhasilan ( standar of performance).
5. Tingkah laku akhir
Tingkah laku akhir adalah
tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar.Di sini
tingkah laku ini harus menampakkan din dalam suatu perbuatan yang diamati dan
diukur ( observable and measurable ).
Contoh :
-
Menuliskan kalimat perintah
-
Mengalikan pecahan persepuluhan
-
Menggambarkan kurva normal
-
Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta
-
Menerjemahkan bacaan Inggris ke dalam bahasa Indonesia
-
Menceritakan kembali uraian guru
-
Mendemonstrasikan cara mengukur suhu
-
Mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu yang
dikemukakan guru
-
Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri,dan lain-lain
lagi yang berujud kata kerja perbuatan/operasional ( action verb ) yang dapat
di amati dan di ukur.
6. Kata-kata Operasional
a. Cognitive Domain;
level and corresponding action verbs
1)
Pengetahuan ( knowledge )
Mendefinisikan,mendeskripsikan,mengidentifikasikan,mendaftarkan,menjodohkan,menyebutkan,menyatakan
( states ),mereprosuksi.
2)
Pemahaman ( comprehension )
Mempertahankan,membedakan,menduga(estimates),menerangkan,memperluas,menyimpulkan,menggeneralisasikan,memberikan
contoh,menuliskan kembali,memperkirakan.
3)
Aplikasi
Mengubah,menghitung,mendemonstrasikan,menemukan,memanipulasikan,
memodisikan,mengoperasikan,meramalkan,menyiapkan,menghasilkan, menghubungkan,menunjukkan,memecahkan,menggunakan.
4)
Analisis
Memerinci,menyusun
diagram,membedakan,mengidentifikasikan,mengilustrasikan,menyimpulkan, menunjukkan,menghubungkan,memilih,memisahkan,membagi
(subdivides).
5)
Sintesis
Mengategorikan,mengombinasikan,mengarang,menciptakan,membuat
desain,menjelaskan,memodifikasikan,mengorganisasikan,menyusun,membuat
rencana,mengatur
kembali,merekonstruksikan,menghubungkan,mereorganisasikan,merevisi, menuliskan
kembali,menuliskan,menceritakan.
6)
Evaluasi
Menilai,membandingkan,menyimpulkan,mempertentangkan,mengkritik,
mendeskripsikan,membedakan,menerangkan,memutuskan,menafsirkan, menghubungkan,membantu(
supports).
b. Affective Domain;
Learning Levels and Corresponding Action Berbs
1) Reesiving
Menanyakan,memilih,mendeskripsikan,mengikuti,memberikan,mengidentifikasikan,menyebutkan,menunjukkan,memilih,menjawab.
2) Responding
Menjawab,membantu,mendiskusikan,menghormat,berbuat,melakukan,
membaca,memberikan,menghafal,melaporkan,memilih,menceritakan,menulis.
3) Valuing
Melengkapi,menggambarkan,membedakan,menerangkan,mengikuti,membentuk,mengudang,menggabung,mengusulkan,membaca,melaporkan,memilih,bekerja,mengambil
bagian (share),mempelajari.
4) Organization
Mengubah,mengatur,menggabungkan,membandingkan,melengkapi,mempertahankan,menerangkan,menggeneralisasikan,mengidentifikasikan,mengintegrasikan,mendofinisikan,mengorganisir,menyiapkan,menghubungkan,mensitesiskan.
5) Characterization by value or
value complex
Membedakan,menerapkan,mengusulkan,memperagakan,mempengaruhi,mendengarkan,memodifikasikan,mempertunjukkan,menanyakan,merevisi,melayani,memecahkan,menggunakan.
c. Psyhomotor Domain
Kata-kata operasional untuk aspek
psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati
meliputi :
1)
Muscular or motor skills
Mempertontonkan gerak,menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),melompat,menggerakan,menampilkan.
2)
Manipulations of materials or object
Mereparasi,menyusun,membersihkan,menggeser,memindahkan,membentuk.
3)
Neuromuscular coordination
Meengamati,menerapkan,menghubungkan,menggandeng,memadukan,
memasang,memotong,menarik,menggunakan.
Kata-kata yaang telah
disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan
tujuan instuksional khusus bagi siswa-siswa belajar yang belajar,sehingga
rumusan seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan,sebagai berikut :
1)
Siswa dappat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari
puluhan dan satuan.
2)
Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunug yang ada di Jawa
Tengah.
3)
Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah
keluarga.
7. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah
komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada
siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir,misalnya :
·
Dengan penulisan yang betul.
·
Urut dari yang paling tinggi.
·
Dengan bahasanya sendiri
Dengan demikian maka rangkaian
kata-kata dalam rumusan TIK menjadi :
·
Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan
dan satuan dengan penulisan yang betul.
·
Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunung yang ada di Jawa
Tengah,urut dari yang paling tinggi.
·
Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah
keluarga dengan bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang
menunjukkan standar keberhasilan.
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang
menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi
tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah
maupun presentase misalnya:
·
Dengan 75% betul,
·
Sekurang-kurangnya 5 dari 10,
·
Tanpa kesalahan
Dengan tambahan tingkat keberhasilan ini maka bunyi
rumusan TIK menjadi:
·
Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan
dan satuan tanpa kesalahan.
·
Siswa dapat menyebutkan kembali kota-kota yang ada di Jawa
Barat, urut dari yang paling berat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah
laku akhir saja;
Setelah kurikulum tahun 1975 berjalan
beberapa tahun timbullah berbagai ketidakpuasan di kalangan para pengembang
kegiatan belajar mengajar. Dikatakan bahwa tujuan belajar yang dimaksud terlalu
bersifat behavioristik, yakni mementingkan tingkah laku, di samping juga hanya
bersifat output oriented, Ykni terlalu mementingkan hasil.
Dengan tekanan pada hal-hal tersebut,
guru berusaha memberikan sebanyak-banyaknya informasi, pengertian dan
konsep-konsep kepada siswa. Pengembangan kegiatan belajar-mengajar yang
mengarah pada proses, belum mendapatkan perhatian sepenuhnya.
Dengan keluarnya kurikulum 1984,
tekanan pada hasil ini agak dikurangi. Dalam kurikulum 1984 proses belajar
mengajar lebih banyak ditekankan pada bagaimana seseorang memperoleh hasil.
Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum
dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru diharruskan memperhatikan
pula keterampilan siswa dalam hal memperoleh hasil, yakni memperoleh
keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah
pendekatan keterampilan proses (PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud
meliputi keterampilan dalam hal:
a.
Mengamati,
b.
Menginterpretasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
c.
Meramalkan,
d.
Menerapkan konsep,
e.
merencanakan
penelitian,
f.
Melaksanakan penelitian, dan
g.
Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka
guru dalam merumuskan tujuan instruksional khusus harus mengandung apa yang
dilakukan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar (keterampilan yang mana),
bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah laku) dan perolehannya.
Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum 1984, tujuan
instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam stu rumusan yang
menjelaskan:
a.
Materi yang dipelajari,
b.
Perilaku mengutarakan hasil, dan
c.
Proses penapaiannya.
0 Nasihat Jon:
Posting Komentar